A. Perbedaan Model,
Strategi, dan Metode Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, ada
beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi kegiatan
belajar mengajar. Beberapa istilah yang penggunaannya sering tidak konsisten
atau overlap adalah istilah model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran. Penggunaan masing-masing istilah perlu dipahami secara
kontekstual, karena tidak jarang suatu istilah digunakan sebagai pendekatan,
strategi, model dan metode pembelajaran. Batasan istilah tentang model,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran dapat disimak pada
paparan berikut ini.
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar
mengajar dari awal sampai akhir. Dalam model pembelajaran sudah mencerminkan
penerapan suatu pendekatan, metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus.
Menurut Udin (1996) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, satu
model pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode, teknik dan taktik
pembelajaran sekaligus
2. Pendekatan atau Strategi
Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran merupakan istilah yang melingkupi seluruh proses pembelajaran.
Pendekatan dan strategi pembelajaran mempunyai makna yang sama untuk
menjelaskan bagaimana proses seorang guru mengajar dan peserta didik belajar
dalam mencapai tujuan. Penggunaan kedua istilah ini sering dipertukarkan.
Burden (1998) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah sebuah metode untuk
menyampaikan pelajaran yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan
belajar. Secara umum, pendekatan atau strategi pembelajaran dibedakan menjadi
dua yaitu pendekatan/strategi yang berpusat pada peserta didik dan pendekatan
yang berpusat pada guru. Disisi lain,
strategi pembelajaran juga dapat diklasifikasikan menjadi strategi pembelajaran
klasikal, kelompok dan individu.
3. Metode
Pembelajaran
Metode
pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan
rencana yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata atau praktis. Jika strategi pembelajaran masih bersifat
konseptual maka metode pembelajaran sudah bersifat praktis untuk diterapkan.
Cakupan metode pembelajaran lebih kecil daripada strategi atau model
pembelajaran.
4. Teknik
Pembelajaran
Teknik
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara spesifik yang dilakukan
seseorang dalam menerapkan suatu metode pembelajaran. Satu metode pembelajaran
dapat menggunakan beberapa teknik pembelajaran. Satu teknik pembelajaran
bersifat spesifik sehingga tidak cocok untuk diterapkan pada semua situasi pembelajaran.
Sebagai contoh, metode bertanya dapat menggunakan teknik focusing questions,
promting questions dan probing question
5. Taktik
Pembelajaran
Taktik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang bersifat individual. Taktik pembelajaran lebih
mengarah pada usaha-usaha yang dilakukan guru agar proses pembelajaran
berlangsung menarik dan hasil belajar dapat tercapai. Taktik pembelajaran yang
digunakan guru berbeda-beda tergantung pada kemampuan masing-masing. Sebagai
contoh, ada guru yang suka menggunakan humor untuk menarik perhatian siswa, ada
pula yang suka memberi hadiah pada peserta didikyang berhasil menjawab
pertanyaan, dan cara yang menarik untuk mengajar lainnya.
B. Model
Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM
merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang
berlangsung menyenangkan dengan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi
secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan
inovatif guru dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar
tidak tercapai dengan baik.
Konsep PAIKEM
telah mengilhami penciptaan model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti
yang mengembangkan model-model pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan
yang mudah diingat orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan
S-T-M merupakan kepanjangan dari Sains-Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan
dari Ramah, Terbuka dan Komunikatif; MATOA diambil dari buah Matoa yang
merupakan kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan Aktif.
Model
pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum PAIKEM muncul, model
pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif) telah lama populer di kalangan
guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus dilakukan dengan menambah
sederetan model pembelajaran bernuansa baru seperti CTL (Contextual Teaching
Learning), PBL (Problem based Learning), Cooperatif Learning dan
sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut mengarah pada pembelajaran yang
tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat belajar (teacher centered learning)
karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dapat
menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kreatif selama proses pembelajaran
Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan guru untuk memilih
strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi pembelajaran yang
dapat membuat peserta didik aktif adalah strategi pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik (student
centered learning). Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, guru
berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik untuk belajar.
Pengetahuan diperoleh peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan
ditransfer pengetahuan dari guru.
Pembelajaran
yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan interpersonal antara guru dan
peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat
suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. Dalam konsep PAIKEM,
pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai karena peserta didik aktif selama
proses pembelajaran. Selain itu, motivasi belajar juga memiliki andil yang
tinggi terhadap suasana senang belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi,
guru perlu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai
atau tugas yang telah diselesaikan oleh peserta didik.
Model PAIKEM
banyak menggunakan strategi pembelajaran CTL. Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Tugas guru lebih banyak menyusun
strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat menemukan
pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari guru.
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Karakteristik Model Pembelajaran CTL adalah: (1) materi dipilih berdasarkan
kebutuhan siswa; (2) peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran; (3) materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata/simulasinya; (4) materi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik; (5) cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang ilmu sesuai dengan tematiknya; (6) proses belajar berisi kegiatan
untuk menemukan, menggali informasi, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan
projek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok); (6) pembelajaran terjadi
di berbagai tempat, sesuai dengan konteksnya; (7) hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik.
Model PAIKEM
menuntut guru untuk kreatif menggunakan berbagai metode, alat, media
pembelajaran dan sumber belajar. Supaya guru memiliki wawasan luas tentang
metode pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran, berikut ini diberikan contoh-contoh metode pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik.
C. Metode-metode Pembelajaran Kontekstual
1.
Investigasi (Investigation)
Metode
investigasi dapat dilaksanakan secara kelompok atau individu. Metode ini
dilakukan dengan cara melibatkan peserta didik dalam kegiatan investigasi
(penelitian/penyelidikan). Kegiatan peserta didik dimulai dari membuat
perencanaan, menentukan topik dan cara melakukan penyelidikan untuk
menyelesaikan topik. Layaknya sebuah penelitian, maka sebelum peserta didik
terjun untuk mengadakan investigasi maka diperlukan rancangan: (1) apa saja
yang akan diinvestigasi; (2) bagaimana cara melakukan investigasi; (3) alat apa
yang digunakan untuk menginvestigasi; (4) bagaimana cara melaporkan hasil
investigasi.
Metode
investigasi melatih kemampuan menulis laporan, keterampilan berkomunikasi dan
keterampilan kerja kelompok. Melalui kegiatan investigasi tersebut, peserta
didik dituntut untuk aktif dan kreatif. Supaya kegiatan investigasi berlangsung
menyenangkan, maka guru perlu memfasilitasi topik investigasi yang menarik.
Pelaksanaan
metode investigasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 peserta didik dengan karakteristik yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat berdasarkan atas kesenangan berteman atau
kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
2) Kelompok memilih topik yang ingin dipelajari,
3) Kelompok menyusun rencana investigasi yang berisi waktu,
tempat, strategi investigasi, alat investigasi, dsb
4) Kelompok melakukan investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih,
5) Kelompok menulis laporan investigasi
6) Kelompok
menyiapkan dan menyajikan laporan investigasi di depan kelas.
Contoh ide
penerapan metode investigasi:
1) Belajar Kewirausahaan di industri kecil misalnya
mempelajari sejarah perkembangan industri, pengadaan bahan baku, proses
produksi dan pemasaran
2) Belajar Biologi di lingkungan sekolah (kebun) untuk
mengamati perkembangbiakan tumbuhan, mengamati kehidupan serangga,
mengklasifikasikan jenis tumbuhan dan bebatuan, dsb.
3) Belajar Bahan Pangan di supermaket, hal-hal yang
diselidiki misalnya: jenis dan nama sayuran, buah, bumbu, rempah-rempah yang masih
asing; mengidentifikasi jenis-jenis mie dan pasta; mengidentifikasi jenis-jenis
ikan, dsb.
2. Inquiry
(Penemuan)
Metode inquiry
adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam proses pengumpulan data
dan pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan
pengertian baru, praktek keterampilan, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan
pengalaman belajar mereka sendiri. Dalam metode inquiry, peserta didik belajar
secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan.
Langkah inquiry mengacu pada model berpikir reflektif dari
John Dewey’s (1990). Tahap-tahap inquiry yang dilakukan peserta didik meliputi:
(1) mengidentifikasi masalah; (b) merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; (d) menganalisis
dan menginterpretasikan data untuk menguji hipotesis; ( e) menarik kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran inquiry yang dilakukan guru yaitu:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Membagi petunjuk inquiry atau petunjuk praktikum
3) Menugaskan peserta didik untuk melaksanakan inqury
4) Memantau pelaksaan inquiry
5)
Menyimpulkan hasil inquiry bersama-sama
Contoh materi
pelajaran yang bisa dilakukan dengan metode inquiry misalnya:
1) Perubahan wujud benda pada benda-benda di sekitar rumah
misalnya: lilin dipanaskan, es dicairkan, air dipanaskan, semen dicairkan, dsb.
Peserta didik disuruh mengamati perubahan yang terjadi pada benda-benda
tersebut
2) Gaya dan Gerak (IPA) melalui pengamatan pada alat mainan
anak seperti ketapel, panah-panahan, mobil-mobilan, layang-layang, plastisin,
dll. Peserta didik disuruh membedakan gaya tarikan, dorongan dan gaya yang
merubah gerak.
3) Zat Cair, mengamati zat cair (air, minyak wangi, minyak
goreng, oli, solar, sabun cair, dsb). Kegiatan belajar yang bisa dilakukan
antara lain: menghitung massa jenis zat cair, membandingkan kekentalan zat
cair, menguji hukum Archimedes, membandingkan gejala kapileritas dari berbagai
zat cair, dsb.
3. Discovery
learning.
Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan
masalah secara intensif di bawah pengawasan guru. Pada discovery, guru
membimbing peserta didik untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Discovery
learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih
kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif
menemukan pengetahuan sendiri.
Bruner (1996) menyarankan agar peserta didik belajar melalui keterlibatannya
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip yang dapat menambah pengalaman
dan mengarah pada kegiatan eksperimen.
Kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan metode discovery mirip dengan inquiry.
Perbedaan terletak pada peran guru. Dalam metode discovery guru dan
peserta didik sama-sama aktif. Discovery sering diterapkan percobaan
sain di laborartorium yang masih membutuhkan bantuan guru. Langkah-langkah
pembelajaran discovery yang dilakukan guru adalah:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Membagi petunjuk praktikum/eksperimen
3) Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan
guru
4) Guru menunjukkan gejala yang diamati
5) Peserta
didik menyimpulkan hasil eksperimen
Contoh materi
yang dapat dipelajari dengan menggunakan metode discovery antara lain:
1) Magnet, peserta didik mengamati benda-benda yang dapat
ditarik oleh magnet, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan tentang
sifat-sifat magnet.
2) Analisis kandungan gizi pada bahan makanan.
3) Praktik perubahan energi (kimia→panas→gerak) dan (kimia →
panas → bunyi)
4) Praktik Sistem Tata Udara (AC)
5) Praktikum sumber energi listrik dari dinamo sepeda
4. Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode
ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif, peserta didik yang berpotensi
akademik tinggi namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial.
Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik
melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.
Langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi
tugas atau masalah untuk dipecahkan.
2) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang
harus dilakukan dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
3) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, dan merumuskan hipotesis.
5) Guru membantu peserta didik dalam menyiapkan laporan hasil
pemecahan masalah yang menjadi tugasnya.
6) Guru
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi proses-proses
penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Contoh
tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah.
1) Mempelajari fenomena alam terjadinya pemanasan global,
pencemaran air, dan polusi udara
2) Mempelajari fenomena terjadinya gerhana bulan dan matahari
3) Mempelajari fenomena terjadinya kenakalan (patologi
sosial) pada remaja
5. Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode problem solving sangat potensial untuk melatih
peserta didik berpikir kreatif dalam menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Di dalam problem
solving, peserta didik belajar sendiri untuk mengidentifikasi penyebab
masalah dan alternatif untuk memecahkan masalahnya. Tugas guru dalam metode problem
solving adalah memberikan kasus atau masalah kepada peserta didik untuk
dipecahkan. Kegiatan peserta didik dalam problem solving dilakukan
melalui prosedur: (1) identifikasi penyebab masalah; (2) pengkajian teori untuk
mengatasi masalah atau menemukan solusi; (3) pengambilan keputusan dalam
mengatasi masalah berdasarkan teori yang telah dikaji.
Langkah-langkah
pembelajaran problem solving dapat dirancang sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Guru memberikan kasus-kasus yang perlu dicari solusinya
3) Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar
4) Peserta didik mencari litaratur yang mendukung untuk
menyelesaikan kasus yang diberikan guru
5) Peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat
diambil untuk menyelesaikan kasus
6) Peserta
didik melaporkan tugas yang diberikan guru.
Kasus-kasus
yang dapat diberikan melalui metode problem solving misalnya:
1) Mengapa orang berbadan gemuk dan kurus? Kasus ini bertujuan
untuk mempelajari angka kecukupan energi (AKE) individu menurut kelompok usia.
2) Mengapa sehabis makan, orang sering mengantuk dan menguap?
Kasus ini digunakan untuk mempelajari sistem metabolisme dalam tubuh manusia.
3) Mengapa makanan kering, manis dan asin menjadi lebih awet?
Kasus ini digunakan untuk mempelajari bahan-bahan pengawet makanan alami.
6. Mind
Mapping
Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan
melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind
mapping). Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan (2002) sejak akhir
tahun 1960-an sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan
menggunakan kata kunci dan gambar. Iwan Sugiarto (2004: 75) mengemukakan
“pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas bahan yang
perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta
atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”. Kegiatan ini sebagai
upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam
aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah
terpetakan. Hasil mind mapping berupa mind map. Mind map adalah
suatu diagram yang digunakan untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide,
tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi
kata kunci ide utama.
Langkah-langkah
mind mapping:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa. Permasalahan sebaiknya dipilih yang mempunyai banyak alternatif
jawaban
3) Peserta didik mengidentifikasi alternatif jawaban dalam
bentuk peta pikiran atau diagram.
4) Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan
ide pemetaan konsep berpikirnya.
5) Dari data
hasil diskusi, peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta
konsep yang telah disediakan sebagai pembanding
Pembelajaran
peta konsep dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran kelompok maupun
individu. Mata pelajaran yang berpotensi untuk menggunakan metode mind
mapping adalah mata pelajaran yang banyak membutuhkan pemahaman konsep. Contoh-contoh
topik yang dapat dibuat mind mapping misalnya:
1) Penyebab banjir dan upaya mengatasinya
2)
Faktor-faktor yang membentuk sikap dan karakter manusia
3) Rumus-rumus kimia yang terdapat pada bahan makanan
4) Proses
terjadinya hujan, dsb
7. Metode
Role Playing
Metode role
playing atau bermain peran dilakukan dengan cara mengarahkan peserta didik
untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasikan situasi, ide, karakter
khusus. Guru menyusun dan menfasilitasi permainan peran kemudian ditindaklanjuti
dengan diskusi. Selama permainan peran berlangsung, peserta didik lain yang
tidak turut bermain diberi tugas mengamati, merangkum pesan tersembunyi dan
mengevaluasi permainan peran.
Permainan
peran digunakan untuk membantu peserta didik memahami perspektif dan perasaan
orang lain menurut variasi kepribadian dan isu sosial. Role playing digunakan
untuk menjelaskan sikap dan konsep, rencana dan menguji penyelesaian masalah,
membantu peserta didik menyiapkan situasi nyata dan memahami situasi sosial
secara lebih mendalam. Bermain peran tidak dapat dilakukan secara spontan di
kelas dengan persiapan yang terbatas. Bermain peran sangat potensial untuk
mengekpresikan perasaan, mengembangkan pemahaman terhadap perasaan dan
perspektif orang lain, dan mendemontrasikan kreativitas dan imajinasi dengan
memerankan sebagai tokoh hidup.
Langkah-langkah
pembelajaran
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
ingin dicapai
2) Guru memberikan skenario untuk dipelajari
3) Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk memainkan peran
sesuai dengan tokoh yang terdapat pada skenario
4) Peserta didik yang telah ditunjuk bertugas memainkan peran
maju dan bermain peran di depan peserta didik lainnya
5) Peserta didik yang tidak bermain peran bertugas mengamati
kejadian khusus dan mengevaluasi peran masing-masing tokoh
6) Peserta didik merefleksi kegiatan bersama-sama.
Contoh
mata pelajaran dan materi yang dapat menggunakan metode permainan peran ini adalah:
1) Permainan peran tamu dan pelayan pada mata pelajaran Tata
Hidang
2) Percakapan dalam bahasa asing (memperagakan cara
berkomunikasi yang baik dengan menggunakan bahasa asing)
3) Permainan peran si kaya dan pengemis untuk membangkitkan
empati peserta didik
4) Permainan peran penjual dan pembeli untuk melatih
keterampilan menjadi seller dan konsumen yang baik
5) Pemainan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) untuk
melatih peserta didik menangani kasus-kasus kecelakaan dalam kegiatan PMR (Palang
Merah Remaja)
8. Simulasi
Simulasi
merupakan latihan menempatkan peserta didik pada model situasi yang
mencerminkan kehidupan nyata. Simulasi menuntut peserta didik untuk memainkan
peran, membuat keputusan dan menunjukkan konsekuensi. Simulasi dapat membantu
peserta didik untuk memahami faktor-faktor penting dalam kehidupan nyata, apa
yang harus dimiliki dan bagaimana cara memiliki agar bisa menjalankan kehidupan
(tugas, pekerjaan) pada lingkungan nyata.
Metode
pembelajaran simulasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sajikan topik, prinsip simulasi dan prosedur umum yang
harus diikuti
2) Susun skenario dan demonstrasikan beberapa poin penting
yang harus dilakukan peserta didik dalam mensimulasikan pekerjaan, atau tugas
3) Atur tokoh yang akan mensimulasikan kegiatan, pekerjaan,
atau tugas
4) Lakukan proses simulasi dan pantau terus menerus, betulkan
prosedur, prinsip yang belum mencapai standar kerja.
5) Refleksikan
kegiatan simulasi bersama-sama baik dari peserta didik yang melakukan simulasi,
peserta didik yang hanya melihat simulasi dan guru
Contoh mata pelajaran dan materi yang sering menggunakan
metode simulasi antara lain:
1) Simulasi pramugari dalam mengajarkan cara-cara
menyelamatkan diri
2) Mitigasi bencana alam gempa, gunung meletus, banjir, dsb.
3) Simulasi mengatasi kebakaran karena gas elpigi, kompor
minyak, arus listrik, dsb.
4) Simulasi
mengendalikan pesawat udara bagi calon pilot
D. Metode Pembelajaran Aktif
Konvensional
1. Ceramah
(lectures) dan bertanya (questions)
Metode ceramah
dan bertanya menjadi dasar dari semua metode pembelajaran lainnya. Metode
ceramah dan bertanya merupakan strategi dimana guru memberi presentasi lisan
dan peserta didik dituntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru. Supaya lebih
hidup, metode ceramah dapat diselingi dengan tanya jawab. Ceramah digunakan
untuk menjelaskan informasi dalam waktu singkat atau untuk mengawali dan
menjelaskan tugas belajar. Rosenshine dan Stevens (1986) menjelaskan beberapa
aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ceramah yaitu: (1) tujuan
dan inti pelajaran dinyatakan secara jelas; (2) presentasi dilakukan setahap
demi setahap; (3) menggunakan prosedur khusus dan kongkrit; (3) mengecek
pemahaman siswa.
Questions digunakan apabila guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah. Meskipun metode ini
sederhana, tetapi ada beberapa tipe-tipe pertanyaan yang perlu diketahui antara
lain: pertanyaan terfokus (focusing question) yaitu pertanyaan yang
hanya digunakan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman peserta didik pada
topik yang dipelajari. Prompting questions yaitu pertanyaan yang
menggunakan isyarat (hint) dan petunjuk (clues) sebagai alat
peserta didik dalam mengingat jawaban atau membantu peserta didik menjawab
pertanyaan dengan menyebutkan huruf atau kata awalnya. Contoh: Siapa nama
pengarang roman “Siti Nurbaya?” guru memancing jawaban peserta didik dengan
mengucap huruf Mmm.... (Marah Rusli). Probing questions yaitu pertanyaan
yang digunakan untuk mencari klarifikasi dan mengarahkan peserta didik agar
menjawab pertanyaan lebih lengkap lagi.
2. Resitasi
(recitation)
Resitasi
digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar siswa. Resitasi menggunakan pola:
guru bertanya, peserta didik merespon dan guru memberi reaksi. Gage dan
Berliner (1998) mencatat bahwa secara umum resitasi digunakan dalam review,
pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktek dan mengecek pemahaman peserta
didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.
3. Praktik
dan latihan (practice and drills)
Praktik
dilakukan setelah materi dipelajari dan sebaiknya dilakukan di luar jam belajar
atau setelah guru melakukan demonstrasi. Drill digunakan ketika peserta didik
disuruh mengulang informasi pada topik-topik khusus sampai peserta didik dapat
menguasai topik yang diajarkan. Praktik dan latihan melibatkan pengulangan (repetition)
untuk membantu peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah
mengingat kembali informasi yang sudah disampaikan pada saat diperlukan.
E. Metode
Diskusi
Metode diskusi
secara umum menunjukkan kegiatan belajar mengajar yang tidak berpusat pada guru
dan peran guru dalam pembelajaran tidak eksplisit. Pencapaian kompetensi pada
mata pelajaran teori sering menggunakan metode diskusi supaya peserta didik
aktif dan memperoleh pengetahuan berdasarkan hasil temuannya sendiri. Beberapa
metode diskusi yang memberi peluang untuk menciptakan suasana aktif dan
menyenangkan antara lain.
1. Panel
dan debat
Panel, simposium, task force dan debat melibatkan
sekelompok peserta didik untuk menjadi informan tentang topik khusus, dan
peserta didik menyampaikan informasi tersebut secara interaktif dalam diskusi.
Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang unik. Panel dan debat dirancang untuk membantu memahami
sejumlah titik pandang yang berhubungan dengan topik atau isu-isu. Panel
dilakukan dalam setting formal yang melibatkan empat sampai enam partisipan
(panelis) dengan topik yang berbeda-beda di depan pendengar/siswa.
Masing-masing patisipan membuat pernyataan terbuka. Simposium mirip dengan
diskusi panel tetapi lebih banyak melibatkan penyajian informasi formal oleh
masing-masing anggota panel. Task force serupa dengan panel, tetapi
topik yang dibahas telah diteliti sebelum disajikan. Debat merupakan
diskusi formal oleh dua tim pembicara yang berbeda pandangan. Panel dan debat
diarahkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas melalui sesi tanya jawab untuk
melengkapi informasi yang belum dikuasainya.
Metode debat
sangat potensial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Materi ajar
dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Peserta didik dibagi ke dalam
beberapa kelompok, yang mengambil posisi pro dan kontra. Selanjutnya kelompok
pro dan kontra melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Guru
mengevaluasi setiap peserta didik tentang penguasaan materi yang meliputi kedua
posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif peserta didik terlibat dalam
prosedur debat. Dalam pembelajaran dengan metode ini peserta didik juga belajar
keterampilan sosial seperti peran pencatat (recorder), pembuat
kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau
moderator. Guru berperan sebagai pemonitor proses belajar.
Langkah-langkah
debat:
1) Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan
yang lainnya kontra
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan
didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3) Setelah
selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara dan saat itu pula ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra
demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan
pendapatnya.
4) Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru
menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah
ide yang diharapkan guru terpenuhi
5) Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6) Guru
mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik
yang ingin dicapai berdasarkan data yang tercatat di papan tulis.
Debat sering
digunakan untuk mendalami masalah sosial, politik, hukum, dan agama. Masalah
yang diangkat untuk debat sebaiknya dipilih masalah yang sedang aktual. 2. Jigsaw
Jigsaw
merupakan metode diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai
enam anggota. Materi pelajaran dibagi menjadi beberapa subtopik dan setiap
anggota kelompok bertanggung jawab untuk memahami satu subtopik. Anggota tim
dari kelompok lain yang telah mempelajari subtopik yang sama bertemu dalam
”kelompok ahli (expert group) untuk mendiskusikan subtopik mereka.
Selanjutnya, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, peserta didik kembali ke
kelompok yang semula untuk mengajarkan atau menyampaikan subtopik kepada
anggota kelompoknya sendiri. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa,
sehingga seluruh peserta didik dapat menguasai seluruh materi yang ditugaskan
oleh guru.
Langkah-langkah
Jigsaw:
1) Peserta didik dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok/tim
2) Setiap
anggota kelompok diberi tugas mempelajari materi yang berbeda
3) Anggota yang telah mempelajari bagian/sub bab bertemu
dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari bagian/sub bab yang sama
untuk membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang
mereka pelajari
4) Setelah selesai diskusi dengan tim ahli, tiap anggota tim
ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing dan menyampaikan hasil
diskusinya secara bergantian sampai semua anggota kelompok menguasai semua materi
yang didiskusikan.
5) Guru
memberi evaluasi hasil belajar kelompok tersebut
F.
Cooperative learning.
Cooperative
learning dilakukan
dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok atau tim. Setiap
kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan
berbeda. Guru memberi tugas atau permasalahan untuk dikerjakan atau dipecahkan
oleh masing-masing kelompok/tim. Satu kelompok memiliki empat sampai enam
anggota. Johnson & Johnson (1994) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki lima elemen dasar yaitu: (1) positive interdependence – yaitu
peserta didik harus mengisi tanggung jawab belajarnya sendiri dan saling
membantu dengan anggota lain dalam kelompoknya; (2) face to face interaction
yaitu peserta didik memiliki kewajiban untuk menjelaskan apa yang
dipelajari kepada peserta didik lain yang menjadi anggota kelompoknya; (3) individual
accountability yaitu masing-masing peserta didik harus menguasai apa yang
menjadi tugas dirinya di dalam kelompok; (4) social skill yaitu
masing-masing anggota harus mampu berkomunikasi secara efektif, menjaga rasa
hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk menyelesaikan konflik;
(5) group processing, kelompok harus dapat menilai dan melihat bagaimana
tim mereka telah bekerjasama dan memikirkan bagaimana agar dapat
memperbaikinya.
Ada beberapa teknik cooperative learning yang akan
dijelaskan disini, empat teknik yang pertama di antarnya dikembangkan oleh
Robert Slavin (1991).
1. Student
Teams – Achievement Devisions (STAD)
Student
Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran kooperatif yang
memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Sebelum
pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok tim dan
tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu kelompok peserta didik dapat
duduk berdekatan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyajian materi
pelajaran oleh guru. Setelah penyajian materi selesai, kelompok/tim
mendiskusikan materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok/tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru.
Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka anggota kelompok yang
lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota benar-benar menguasai
materi yang diajarkan guru. Setelah semua kelompok menyatakan siap diuji, guru
kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
soal, anggota kelompok tidak boleh saling membantu. Nilai ujian dihitung
berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok.
Langkah-langkah
STAD:
1) Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang peserta didik
yang memiliki kemampuan beragam.
2) Guru menyajikan pelajaran, dan peserta didik menyimak
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu memahami.
4) Guru memberi soal kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
soal, sesama anggota kelompok tidak boleh saling membantu.
5) Guru memberi nilai kelompok berdasarkan dari jumlah nilai
yang berhasil diperoleh seluruh anggota kelompok.
6) Guru
mengevaluasi kegiatanbelajar mengajar dan menyimpulkan materi pembelajaran
STAD dapat digunakan pada hampir semua mata pelajaran. Metode
STAD mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan berkompetisi dengan
kelompok lainnya. Contoh materi pelajaran yang menggunakan metode STAD antara
lain:
1) Sumber dan fungsi-fungsi zat gizi bagi tubuh.
2) Sejarah
perang Diponegoro, diikuti dengan soal ujian tokoh-tokoh pahlawan, kronologis
kejadian dan hasil akhir yang dicapai sesudah perang selesai.
2.
Team-Game-Tournament (TGT)
Metode TGT
memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Metode TGT melibatkan aktivitas
seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur permainan dan
penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang kepada peserta
didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Langkah-langkah
TGT yaitu:
1) Penyajian
Kelas
Pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah dan tanya jawab.
2) Pembentukan
Kelompok (team)
Satu kelompok
terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen.
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk belajar bersama supaya semua anggota
kelompok dapat memahami materi pelajaran dan dapat menjawab pertanyaan dengan
optimal pada saat game dan turnamen mingguan.
3) Game
Guru
menyiapkan pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan yang diperoleh peserta
didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Peserta didik memilih nomor
game dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang dapat
menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor, kemudian skor tersebut
dikumpulkan untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Turnamen
dilakukan seminggu sekali atau setiap satu satuan materi pelajaran telah
selesai dilaksanakan. Peserta didik melakukan permainan (game) akademik yaitu
dengan cara berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan tugas/materi
yang dipelajari. Guru menyiapkan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh
tiga peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda
(peserta didik yang pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari
kelompok lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga
berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari kelompok lain).
Dengan cara demikian, setiap peserta didik memiliki peluang sukses sesuai
dengan tingkat kemampuannya. Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi
supaya sesama anggota tim tidak saling membantu.
5) Team recognize
Tim yang
menunjukkan kinerja paling baik akan mendapat penghargaan atau sertifikat.
Seperti layaknya lomba, tim yang paling banyak mengumpulkan poin/skor akan
mendapat predikat juara umum, kemudian juara berikutnya berurutan sesuai dengan
jumlah poin/skor yang berhasil diraihnya.
3. Team
Accelerated Instruction (TAI)
TAI merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan
kelompok. Peserta didik belajar dalam tim yang heterogen sama seperti metode
belajar tim yang lain tetapi peserta didik juga mempelajari materi akademik
sendiri. Masing-masing anggota tim saling mengecek pekerjaan temamnya. Skor tim
berbasis pada skor rerata jumlah unit yang dapat diselesaikan per minggu oleh
anggota tim dan keakuratan unit tugas yang telah diselesaikan. Tim yang telah
menyelesaikan satu tugas dapat mengambil
tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk belajar dan menyelesaikan tugas
antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim dapat memperoleh skor
tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat dan lebih
berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan teknik
pemberian reward dan punishment supaya motivasi belajar perserta
didik terjaga dengan baik.
Langkah-langkah
TAI
1) Guru menyusun materi semester dalam tugas-tugas mingguan
2) Guru memberikan pengarahan pada awal semester tentang
hasil belajar yang dapat dicapai melalui tugas mingguan
3) Tim mengambil tugas mingguan, tim yang sudah dapat
menyelesaikan tugas dapat mengambil tugas berikutnya
4) Tim
mengumpulkan tugas paling cepat, banyak dan berkualitas akan mendapat skor yang
tinggi dan mengakhiri kegiatan belajar waktu untuk belajar masih tersisa.
4.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan
metode yang komprehenship untuk pembelajaran membaca dan menulis paper. Metode
ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan.
Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas membaca secara
terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok mengikhtisarkan bagian-bagian
materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang menyajikan paper hasil
membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai pendengar. Kelompok pendengar
bertugas untuk menyimak, membuat prediksi akhir cerita, menanggapi cerita, dan
melengkapi bagian yang masih kurang, dsb.
Langkah-langkah
(CIRC):
1) Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok untuk
berpasangan
2) Guru
membagikan wacana/materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan membuat
ringkasan
3) Guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan
kelompok yang berperan sebagai pendengar
4) Kelompok penyaji membacakan ringkasan bacaan selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan. Sementara itu,
kelompok pendengar: (a) menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5) Kelompok bertukar peran yaitu kelompok yang semula sebagai
penyaji menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi penyaji.
6)
Menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama
5. Learning
Together
Learning
together merupakan
metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan
peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi (Johnson and
Johnson, 1994). Masing-masing tim diberi tugas atau projek untuk diselesaikan
bersama. Masing-masing anggota tim mengambil bagian bagian projek yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya.
Tujuan yang
diharapkan dari pembelajaran ini adalah peserta didik diberi kesempatan
maksimal untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam sebuah projek.
Masing-masing tim bertanggung jawab untuk mengumpulkan materi dan informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proyeknya. Penilaian akhir berdasarkan
atas kualitas kinerja tim. Masing-masing peserta didik dalam tim memperoleh
nilai yang sama. Tim harus berusaha supaya anggota tim memiliki konstribusi
pada kesuksesan timnya.
Langkah-langkah
pembelajaran:
1) Guru memberi projek untuk dikerjakan bersama oleh
tiap-tiap kelompok
2) Kelompok
membagi tugas kepada semua anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3) Masing-masing anggota kelompok bekerja sesuai dengan
tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang
kesulitan, maka anggota lain wajib membantu.
4) Nilai
diperoleh berdasarkan hasil kerja kelompok
Contoh projek
yang yang dapat memfasilitasi learning together misalnya:
1) Praktik membuka usaha jasa salon: setiap anggota memiliki
tugas dan tanggung jawab yang berbeda misalnya ada yang bertugas menggunting
rambut, mengeramas dan mengeringkan rambut, mencari pelanggan, meyiapkan dan
membersihkan alat-alat, dsb.
2) Projek menyiapkan hidangan pesta: masing-masing anggota
ada yang bertugas belanja, memasak, menghias ruangan, menata hidangan, dan
melayani tamu.
3) Menulis
karya ilmiah: masing-masing anggota kelompok ada yang bertugas mencari
referensi, mengumpulkan data, mengolah data dan menyusun laporan karya ilmiah.
6. Numbered
Heads Together
Numbered
Heads Together merupakan
metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor
kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan jawaban atau
pemecahan yang benar di dalam kelompoknya. Kelompok memastikan setiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya. Guru memanggil nomor secara acak untuk
melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Peserta didik dari kelompok lain
memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang melaporkan. Setelah satu
peserta didik selesai melapor kemudian dilanjutkan dengan nomor peserta didik
dari kelompok yang lain.
Langkah-langkah
:
1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap
anggota kelompok mendapat nomor
2) Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik secara acak
untuk melaporkan hasil kerjasama mereka
5) Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik
yang sedang melapor
6) Guru
menunjuk nomor yang lain secara bergantian
7. Make - A
Match (Mencari Pasangan)
Metode
pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran kelompok yang
memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui
sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya pasangan soal
dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak
kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari peserta didik
yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat
digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar dan cocok
digunakan dalam bentuk permainan.
Langkah-langkah
Make - a Match:
1) Guru menyiapkan dua kotak kartu, satu kotak kartu soal dan
satu kotak kartu jawaban
2) Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (soal maupun jawaban)
5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu yang ditetapkan diberi poin
6) Setelah
satu babak, kotak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya
8. Think
Pair And Share
Metode think pair and share merupakan metode
pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa. Metode
ini dapat digunakan sebagai
umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru
menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua orang
peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas materi
yang disampaikan guru. Pasangan peserta didik saling mengoreksi kesalahan
masing-masing dan dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru menambah
materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil diskusi.
Langkah-langkah
Think Pair And Share:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai
2) Peserta didikdiminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Peserta didikdiminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4) Guru memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya
5) Berawal
dari kegiatan tersebut, pembicaraan diarahkan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan siswa
9. Peer
tutoring
Istilah peer
tutoring mengandung makna yang sama dengan tutor teman sejawat atau peer
teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer-teaching
merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta
didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Dengan pendekatan peer-teaching
siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau
mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik tugas itu
dikerjakan di rumah maupun di sekolah.
Boud, Cohen and Sampson's (2001) menjelaskan bahwa apabila peer
teaching menjadi bagian dari proses pembelajaran di sekolah, peserta didik
yang menjadi guru dapat menunjukkan berbagai macam peran seperti: pure
teacher, mediator, work partner, coach, atau role model. Peserta
didik yang berperan sebagai guru dapat menunjukkan hanya satu peran atau
beberapa peran sekaligus
tergantung pada tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang
berperan sebagai guru (pure teacher) dapat dilibatkan dalam penyusunan
dan penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan evaluasi
kepada peserta didik lain yang menjadi bimbingannya. Apabila peserta didik yang
berperan sebagai guru kurang memiliki otonomi atau kekuasaan di kelompoknya,
guru sejawat (peer tutor) tersebut dinamakan mediator. Peer
tutor berperan sebagai asisten guru apabila selain mengajar temannya
sendiri, dia juga mendapat tugas admninistrasi seperti mengecek apakah tugas
sudah lengkap, tugas apa saja yang masih kurang, menyiapkan jobsheet,
menyiapkan blangko nilai, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai patner
kerja (work partner), apabila dilibatkan dalam pekerjaan proyek guru dan
diberi wewenang untuk mengontrol dan memberi bantuan kepada peserta didik lain
supaya hasil kerja memenuhi standar kerja yang tetapkan pada proyeknya. Peer
tutor dapat berperan sebagai coaches, apabila dia bekerja secara
kooperatif dengan cara memberi dorongan kepada peserta didik lain untuk
mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal, menulis tugas yang
harus dikerjakan, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai model, apabila
dalam proses pembelajaran dia disuruh mendemontrasikan
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya di hadapan peserta didik yang lain,
atau sebagai contoh dalam mengerjakan atau menjawab soal ujian, misalnya ujian
praktik.
Peer
teaching merupakan
strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy)
dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching is a
learner-centered activity because members of educational communities plan and
facilitate learning opportunities for each other. There is the expectation of
reciprocity, e.g., peers will plan and facilitate courses of study and be able
to learn from the planning and facilitation of other members of the community. Artinya,
peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik sebab
anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal
ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan
merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan
dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar